Sistem koloid dipelajari
karena berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, susu,
dan berbagai produk kosmetik adalah contoh koloid.
a.
Pengertian koloid
Istilah
koloid berasal dari bahasa yunani yaitu “kolla”
yang berarti lem dan “oid” yang
berarti seperti. Dalam hal ini yang berkaitan dengan lem adalah sifat
difusinya, karena koloid mempunyai nilai difusi yang rendah seperti lem.
Sistem
koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan
dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas
yang berbeda dari sifat larutan maupun suspensi. Secara makroskopis, koloid
tampak homogen, namun secara mikroskopis kolid bersifat heterogen. Perbandingan
larutan, koloid dan suspensi dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Perbandingan sifat
larutan, koloid dan suspensi
Larutan
(dispersi molekuler)
|
Koloid
(dispersi koloid)
|
Suspensi
(dispersi kasar)
|
Contoh: larutan gula dalam air
|
Contoh: campuran susu
dalam air
|
Contoh: campuran tepung
terigu dengan air
|
1. Homogen,tak dapat dibedakan walaupun mengunakan
miskroskop ultra
2. Partikel berukuran kurang
dari 1 nm
3. Satu fase
4. Stabil
5. Tidak dapat disaring
|
1. Secara makroskopis bersifat homogen
tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra.
2. Partikel berukuran antara 1 nm sampai
100 nm
3. Dua fase
4. Pada umumnya stabil
5. Tidak dapat disaring kecuali dengan
penyaring ultra
|
1. Heterogen
2. Partikel berukuran lebih besar dari 100
nm
3. Dua fase
4. Tidak stabil
5. Dapat disaring
|
b. Jenis-jenis koloid
Pengolongan
suatu sistem koloid terdiri dua fase yaitu, fase terdispersi dan fase/medium pendispersi tersebut. Baik fase terdispersi
maupun fase/medium pendispersi dapat berupa gas, cair dan padat. Zat yang
didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi. Contohnya pada saat kita membuat
susu (misalnya susu instan) dengan mencampurkannya dengan air, fase
terdispersinya adalah lemak sedangkan medium pendispersinya adalah air.
Berdasarkan
fase terdispersinya, koloid dapat dikelompokkan menjadi 8 macam (dalam hal ini,
gas dengan gas tidak dapat membentuk sistem koloid karena pencampuran gas
selalu homogen).
Tabel 17. Jenis-Jenis Koloid.
No
|
Fasa terdispersi
|
Fasa pendispersi
|
Nama
|
Contoh
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas
|
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
|
Aerosol padat
Sol
Sol padat
Aerosol Cair
Emulsi
Emulsi padat
Buih
Buih padat
|
Asap, debu di udara
Cat , tinta
Gelas berwarna, intan hitam
Kabut , awan
Susu, santan, minyak ikan
Jelli, mutiara, opal
Buih sabun, krim kocok
Karet busa, batu apung
|
a. Aerosol
Sistem koloid dari partikel
padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat
Contoh : asap yang keluar dari
knalpot mobil dan cerobong industri
Jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair
Contoh : kabut di daerah
pengunungan, hair spray, parfum, dan
cat semprot.
b. Sol
Sol adalah sistem koloid dari
partikel padat yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: kanji dalam air,
agar-agar dalam air, lempung (tanah liat) dalam air, tawas atau Al(OH)3
dalam air, deterjen, tinta dan cat.
c. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid
dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair. Suatu emulsi terjadi bila
terdapat dua jenis zat cair yang tidak saling melarutkan, seperti minyak dan
air. Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak dapat bercampur
dengan air sehingga emulsi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
a) Emulsi minyak dalam air (M/A)
Contoh : susu, santan, lateks
b) Emulsi air dalam minyak (A/M)
Contoh :
minyak ikan dan mayonais
Emulsi terbentuk karena
pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat
mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok,
maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan
tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh
campuran yanag stabil yang kita sebut emulsi.
Contoh
lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise.
d. Buih
Sistem koloid dari gas yang
terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk
menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen dan protein.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang
mengandung pembuih.
Buih digunakan pada berbagai
proses, misalnya, pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran dan
lain-lain.
e. Gel
Koloid setengah kaku (antara
padat dan cair) disebut Gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium pendispersinya sehingga terbentuk koloid
yang agak padat. Contoh : agar-agar dan kanji (jika dipadatkan), lem, gelatin, selai, dan
gel sabun
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall
ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu disebut efek Tyndall. Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu campuran disinari.
Pada
larutan sejati disinari dengan cahaya,
maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar sehingga cahaya dipantulkan tidak teratur
kesegala arah yang mengakibatkan
terjadinya penghamburan sinar . Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga tidak terjadi penghamburan cahaya.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ditemukan oleh Robert
Brown berkebangsaan Inggris, sehingga pergerakan partikel koloid dinamakan
Gerak Brown. Jika kita amati sistem koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita
akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan
pada penjelasan berikut: Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas. Gerak Brown
terjadi akibat tumbukan tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel
koloid. Tumbukan tersebut berlangsung
dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig-zag
atau gerak Brown.
Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi.
Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak
Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka
semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Muatan Koloid
§ Elektroforesis
Elektroforesis merupakan proses pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik. Elektroforesis berfungsi sebagai pemisahan
partikel koloid bermuatan . Pemisahan ini dapat dilakukan dengan memberikan
arus searah pada elektroda yang dicelupkan dalam koloid.
Sesuai
dengan ketentuan bahwa partikel yang bermuatan listrik positif akan tertarik ke partikel yang bermuatan listrik negatif dan sebaliknya. Misalnya, wadah yang
berisi campuran dua macam koloid ( Fe(OH)3 dan As2S3) dialiri arus
searah. Akibatnya, koloid yang bermuatan positif {Fe(OH)3} akan
tertarik ke elektrode negatif dan koloid yang bermuatan negatif {As2S3}
akan tertarik ke elektrode yang bermuatan positif. Dengan demikian koloid
tersebut akan terpisah.
§ Adsorpsi
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap
ion atau muatan listrik fase pendispersi pada permukaannya mengakibatkan partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (partikel-partikel koloid
bermuatan listrik). Sehingga partikel koloid menjadi bermuatan.
Jenis
muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion
atau kation. Sebagai contoh, partikel
sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mengadsorpsi kation dari medium
pendispersinya sehingga sol Fe(OH)3 bermuatan positif, sedangkan
partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion
dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Partikel koloid sol tersebut tidak selalu
mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung pada muatan yang berlebih dari
medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada medium pendispersi
dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan bermuatan positif.
Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan anion Cl-
berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan negatif.
Sifat
koloid yang terpenting adalah muatan partikel koloid. Partikel-partikel koloid
ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang mencegah
partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh
karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga
kestabilan koloid.
Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam
berbagai proses, antara lain sebagai berikut :
a. Pemutihan Gula Tebu
b. Norit
c. Penjernihan Air
4 . Koagulasi
Partikel-partikel
koloid bersifat stabil karena memiliki muatan yang sejenis. Apabila muatan tersebut hilang, maka partikel-partikel
koloid akan bergabung membentuk gumpalan. Gumpalan ini akan mengendap akibat
gaya gravitasi. Proses ini disebut koagulasi.
Proses
koagulasi dapat terjadi apabila ke dalam
koloid ditambahkan zat dengan muatan yang berbeda dengan partikel koloid, akibatnya
partikel koloid ini akan bergabung
membentuk molekul besar.
Koagulasi
dalam koloid banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti proses
penjernihan air, menjernihkan larutan gula, asap atau debu dari pabrik/industri dapat
digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel.
5 . Koloid Pelindung
Pada
beberapa proses, suatu kolid harus dipecahkan, tetapi dilain pihak koloid perlu
dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan
koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus
partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi menggelompok.
Contoh :
a. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin
untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula
b. Cat atau tinta dapat bertahan lama karena
menggunakan koloid pelindung
c. Zat-zat pegemulsi, seperti sabun dan
deterjen, juga tergolong koloid pelindung.
Pemurnian koloid
Pada pembuatan suatu koloid,
seringkali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut.
Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut Dialisis.
Dalam proses ini, sistem
koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid yang terbuat dari selaput semipermiabel,
yaitu selaput yang dapat melewatkan
partikel-partikel kecil, seperti ion-molekul sederhana, tetapi menahan koloid.
Lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir.
Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.
Proses pemisahan hasil-hasil
metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan proses dialisis. Jaringan
ginjal bersifat sebagai selaput semipermiablel yang dapat dilewati oleh air dan
molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan
koloid. Orang menderita gagal ginjal dapat “cuci darah”,dimana fungsi ginjal
diganti oleh suatu mesin dialisator.
Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium
dipersi cair dibedakan atas koloid liofil dan liofob. Suatu koloi dikatan
liofil apabila terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara zat
terdispersi dengan medium pendispersi. Liofil berarti suka cairan. Disebut
koloid liofob jika gaya tarik menarik tersebut tidak ada atau lemah. Liofab
berarti takut air.
Contoh :
Koloid Hidrofil : protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji
dan gelatin
Koloid Hidrofob: susu,
mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida dan sol logam
Koloid hidrofil mempunyai
gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang
baik dengan air. Butir-butir koloid liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul
mediumnya sehingga membentuk suatu selubung atau jaket. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi.
Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokkan).
Sol hidrofil tidak akan
mengumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat
dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut
dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil.
Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat reversibel.
Koloid hidrofob tidak akan
stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa kehadiran zat pengemulsi atau
koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus partikel hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu
(emulsi lemak dalam air) distabilkan
oleh sejenis protein susu yaitu kasein, sedangkan mayonaise (emulsi minyak
nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur.
Sol hidrofob dapat mengalami
koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah
dipisahkan, tidak akan membentuk sol jika dihancurkan kembali dengan air.
Perbedaan sol hidrofil den sol hidrofob dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 18. Perbedaan Koloid Liofil dan Koloid Liofob.
Koloid liofil
|
Koloid liofob
|
a. Mengadsorpsi mediumnya
b. Dapat dibuat dengan konsentrasi yang
relatif besar
c. Tidak mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit
d. Viskositas lebih besar daripada
mediumnya
e. Bersifat reversibel
f. Efek Tyndalnya lemah
|
a.
Tidak
mengadsorpsi mediumnya
b.
Hanya
stabil pada konsentrasi kecil
c.
Mudah
mengumpal dengan penambahan elektrolit
d.
Viskositas
hampir sama dengan mediumnya
e.
Tidak
bersifat reversible
f.
Efek
Tyndalnya lebih jelas
|
Koloid dalam kehidupan sehari-hari
Dalam
lingkungan di sekitar kita, banyak ditemukan sistem koloid, baik yang berasal
dari alam maupun yang dibuat manusia.
Beberapa manfaat dari koloid bagi kehidupan manusia antara lain:
1.
Untuk menghilangkan kotoran
Koloid
yang digunakan untuk menghilangkan kotoran adalah detergen dan sabun. Dengan
sifat khas dari sabun atau deterjen yang mempunyai dua kutub, maka kotoran yang
menempel pada badan, pakaian, atau peralatan lainnya dapat dihilangkan.
Pada saat mandi atau mencuci, kita menggunakan sabun atau detergen.
Molekul-molekul sabun terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian
ekor. Bagian kepala merupakan bagian yang mudah bersatu dengan air, sedangkan
bagian ekor merupakan bagian yang sulit bercampur dengan air, tetapi mudah
bercampur dengan lemak. Pada saat mencuci, bagian ekor akan masuk pada kotoran
yang mengandung lemak, sedangkan bagian kepala akan ditarik oleh
molekul-molekul air. Akibatnya kotoran-kotoran yang melekat pada badan atau
pakaian akan dikelilingi oleh molekul sabun atau detergen, sehingga kotoran
akan lepas dan masuk ke dalam air.
2.
Pemutih gula
Gula tebu yang masih berwarna
dapat diputihkan. Hal ini dilakukan dengan melarutkan gula kedalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui koloid karbon. Partikel-partikel koloid akan
mengadsorpsi zat warna tersebut.
3.
Pengambilan partikel koloid asap dan debu
dari gas buangan pabrik.
Contoh alat yang menggunakan
prinsip elektroforesis adalah pengendap cottrell. Alat ini digunakan untuk
memisahkan partikel-partikel koloid seperti asap dan debu yang terkandung dalam
gas buangan pabrik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi polusi udara.
4.
Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung
partikel-partikel koloid tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut
mengandung ion-ion Na+,Mg+ dan Ca2+ yang
bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu dengan air laut, maka ion-ion
positif dari air laut akan menetralkan muatan air sungai. Akibatnya terjadi
koagulasi yang menyebabkan terbentuknya delta.
5.
Penjernih air.
Air mengandung
partikel-partikel koloid tanah liat dan lainnya yang bermuatan negatif. Untuk
keperluan air minum, partikel-partikel koloid ini harus dipisahkan, seperti
dengan menambahkan tawas Al2(SO4)3. Tawas
mengandung ion Al3+ yang cukup kecil tetapi bermuatan. Ion Al3+ akan terhidrolisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif
Al3+ (aq) + 3H2O (l)
→ Al(OH)3(aq) + 3H+(aq)
Al(OH)3 akan
menghilangkan muatan negatif dari partikel-partikel koloid lumpur sehingga
terkoagulasi. Al(OH)3 akan mengendap bersama lumpur
PEMBUATAN KOLOID
Ukuran
koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh
karena itu, partikel dapat dibuat dengan pengelompokan partikel larutan
sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke
dalam medium dispersi. Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol yaitu:
1. Cara Kondensasi
Dengan cara ini, partikel-partikel kecil larutan
sejati bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini
melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan (atom, ion). Hal ini
dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi rangkap,
hidrolisis, redoks, dan penggantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Reaksi Redoks merupakan reaksi pembentukan
partikel koloid melalui mekanisme perubahan bilangan oksidasi.Contohnya
pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida dengan belerang
dioksida, yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2
2H2S(g)
+ SO2(aq) → 2 H2O(l) + 3S
(koloid)
b. Reaksi
Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contohnya: pembuatan sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari
reaksi hidrolisis garam FeCl3 dalam air mendidih
FeCl3(aq) +
3H2O(aq)
Fe(OH)3
(aq) + 3HCl(aq)
(koloid)
c. Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3
dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan
larutan H2S.
2H3AsO3(aq) +
3H2S(aq) As2S3(aq) +
6H2O(l)
(koloid)
d.
Penggantian pelarut
Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah
larut dalam alkohol seperti etanol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan
medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol
sampai jenuh. Setelah larut, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal
menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.
2. Cara Dispersi
Merupakan proses pembuatan koloid di mana partikel-partikel besar dipecah
menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam
medium pendispersinya. Caranya dapat berupa:
a. Cara Mekanik
Pembutan koloid
dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat
yang digunakan disebut penggilingan koloid.
Alat penggilingan koloid
terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan
dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling.
Partikel berukuran koloid yang terbentuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk
membuat sistem koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini adalah koloid grafit untuk
pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan
menjadi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang
dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau
pelarut tertentu.
Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan
elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka
Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi
ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan
positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid.
Beberapa contoh lain
:
1) Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S
kedalam endapan NiS
2) Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke
dalam endapan AgCl.
3) Sol Al(OH)3 dibuat dengan
penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3
c. Cara
Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol
logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi
partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektroda. Dua elektrode logam
dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga kedua
ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan listrik.
Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan
terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa
partikel-partikel koloid.
|
|
0 komentar:
Posting Komentar